Pertemuan kami bermula pada 18 Desember 2011, Rapat Perdana
Departemen Pengabdian Masyarakat BEM FEM IPB. Beberapa wajah pernah tertangkap
dan terekam oleh mata ini, namun lebih banyak wajah baru yang -saya pahami-
suatu saat nanti akan melekat erat dalam memori otak kanan. Benar memang
pertemuan pertama kami begitu terasa canggung, malu-malu dan amat santun, namun
dari situ sebenarnya ide-ide dan gagasan mulai bermunculan, dari kepala-kepala
yang tak pernah mengeluh jika harus berdiskusi hingga larut malam.
Pertemuan-pertemuan dan
rapat-rapat kemudian menjadi rutinitas kami, sedikit bosan namun ada
tanggungjawab yang menjadi konsekuensi kami sejak awal memutuskan untuk berada
di Departemen Pengabdian Masyarakat. Kami bertukar pikiran tentang program
kerja selama satu periode kepengurusan BEM FEM. Atas berbagai pertimbangan, akhirnya
kami sepakat memfokuskan sebuah program pengabdian masyarakat yang terintegrasi
dengan setiap Lembaga Kemahasiswaan dan Lembaga Struktural yang berada di FEM
IPB.
Forum Bina Desa FEM pun digelar bersama perwakilan setiap
Himpunan Profesi. Kami menyamakan persepsi dan urgensi pelaksanaan bina desa yang
terintegrasi. Ada visi yang kami usung bersama, yaitu ‘Membangun
sebuah desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan wawasan masyarakat
melalui fungsi pemberdayaan dan
pelayanan sesuai dengan core competence mahasiswa FEM IPB’.
Fokus kami di tahun pertama pelaksanaan Bina Desa FEM yaitu
melaksanakan fungsi pemberdayaan dan pelayanan di bidang pendidikan, ekonomi,
kesehatan, dan lingkungan. Ada beberapa program yang kami canangkan; FEM
Mengajar, Pelatihan Guru, dan Pendirian Rumah Baca untuk menopang bidang
pendidikan, pendampingan UKM untuk meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat, dan
Cek Kesehatan Gratis untuk menarik perhatian masyarakat tentang pentingnya arti
kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Penentuan Desa Sukadamai sebagai tempat kegiatan
pengabdian kami bukan tanpa dasar. Jauh sebelum pelaksanaan bina desa, kami
mendata desa-desa yang ada di lingkungan lingkar kampus IPB. Kami melakukan
survey ke beberapa desa. Waktu itu ada tiga desa yang menjadi rekomendasi dari
LPPM IPB. Tiga desa tersebut yaitu Desa Sukadamai, Desa Sukawening, dan Desa
Petir. Akhirnya kami memilih Desa Sukadamai yang kami rasa sesuai dengan
program yang akan kami jalankan. Periode pertama pun dimulai dengan berbagai
perencanaan, yang nantinya baru akan benar-benar berakhir dalam lima tahun
mendatang.
Ya memang benar, bekal untuk perjalanan ini telah kami
siapkan dengan sebaik mungkin. Kami sudah siap mengarungi luasnya lautan,
menghadapi ombak, menghadapi angin, bahkan menghadapi badai. Kami siap memulai
perjalanan ini.
***
Setiap Senin datang, di
tempat itu ada kaki-kaki kecil yang berbaris dengan rapi, mengikuti upacara. Ketika
Sabtu datang, tak jarang tempat itu diinjaki kaki-kaki yang bergerak lincah
mengikuti bola yang berputar atau sekedar bermain lompat karet. Seharian di
hari Minggu tempat tersebut terasa sepi, sepertinya ia ikut beristirahat akibat
lelahnya menyaksikan aktivitas para siswa selama enam hari penuh. Tempat itulah
yang menjadi tempat favorit saya, -halaman depan SDN Cilubang 4- yang ketika
kami datang dengan lembutnya tangan-tangan kecil itu menggapai tangan kami;
mencium dan bertanya dengan mata yang berbinar, ‘Belajar apa Kak hari ini?’
Atau ‘Kakak ngajar di kelas mana hari ini?’. Uniknya sambutan hangat itu selalu
setia menemani perjalanan kami di SDN Cilubang 4.
Layar sudah dikembangkan, para pengajar memasuki kelas,
mengajak siswa/i mengenal impian mereka masing-masing. Ada berbagai mimpi
disana, ada yang ingin menjadi seorang ustadz, guru, mahasiswa, pilot, supir
angkot, pemulung, presiden, dan masih banyak impian-impian mereka yang lain.
Para pengajar kemudian memberikan nasihat yang mulia, mereka diajak untuk
berani bermimpi besar. Seperti yang dikatakan oleh Arai -tokoh sentral dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata-
‘yang perlu dilakukan oleh orang-orang seperti kita yaitu bermimpi besar dan
kemudian mempercayainya’. Bukan tidak mungkin nantinya dari tempat itu akan
muncul pemikir-pemikir hebat seperti Abdurrahman Wahid, Habibie, Dahlan Iskan atau
bahkan sekelas Einstein. Semoga Tuhan senantiasa mendekap mereka dengan
tangan-Nya, membimbing mereka untuk terus belajar ditengah segala keterbatasan.
***
Hari Minggu tanggal 29
April 2012 adalah sejarah bagi kami, kegiatan turun desa pertama dimulai.
Kegiatan pertama itu kami isi dengan melakukan pemetaan potensi unit usaha yang
berada di wilayah Desa Sukadamai. Kami mengunjungi beberapa tempat dengan
memecah tim menjadi beberapa kelompok. Tempat yang kami kunjungi antara lain
peternakan kelinci, peternakan kambing etawa dan home industry sepatu. Ada beberapa unit usaha lain yang dijalankan
di wilayah Sukadamai, antara lain pembuatan keranjang dari bambu dan juga unit
usaha Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang dilaksanakan oleh Kelompok Wanita
Tani (KWT).
Minggu-minggu berikutnya
kami masih berfokus pada penggalian potensi sumberdaya alam dan juga berbagai
macam unit usaha masyarakat. Kami berhubungan dengan banyak orang; Ibu Encih selaku
Ketua KWT; Bapak Sake sebagai Ketua Gapoktan; Bapak Didin, Bapak Anda, dan
Bapak Uci selaku pengurus desa; Bapak Ipul selaku Ketua RT.05/ RW.05; Bapak
Agus, dan beberapa warga desa yang lain.
Sasaran kegiatan bina desa
yang dilaksanakan memang tidak bisa mencakup satu desa keseluruhan. Setelah
melakukan pemetaan potensi desa, kami memutuskan untuk memfokuskan kegiatan ini
dalam wilayah satu RT. Kami memilih wilayah RT.05/RW.05 yang terletak cukup
jauh dengan kantor desa. Boleh saya katakan wilayah ini cukup berbeda dengan
wilayah lain yang berada di Desa Sukadamai. Ada 75 kepala keluarga yang
tersebar di wilayah RT tersebut, namun letak rumah antar kepala keluarga cukup
berjauhan. Untuk mengelilingi wilayah satu RT membutuhkan waktu lebih dari satu
jam, jalannya berbukit, melewati sawah-sawah, dan hutan. Dari lingkungan satu
RT ini perjalanan kegiatan bina desa FEM dimulai, hingga nanti bisa menyebar
mencakup satu desa keseluruhan.
Di minggu-minggu terakhir
kegiatan bina desa, kami mendirikan rumah baca yang kami namai ‘Rumah Baca
Jingga’. Warna kebanggaan kami, indentitas yang senantiasa kami jaga
kehormatannya. Semoga tempat itu menjadi tempat yang nyaman untuk menambah
pengetahuan dan wawasan atau sekedar mempererat tali silaturahmi. Cek kesehatan
digelar, bukan untuk mendapatkan perhatian. Kami ingin memberikan edukasi
tentang pentingnya menjaga kesehatan. Bina Desa ditutup dengan pemberian
bantuan sosial berupa paket sembako. Ah, tidak perlu berterima kasih kepada
kami, tapi mari kita mengucap syukur kepada Yang Maha Memberi. Kami hanya
memfasilitasi, diluar dugaan besar sekali antusiasme teman-teman semua untuk
ikut berbagi terhadap saudara-saudara kita.
Saya menyadari perjalanan Bina
Desa FEM di periode pertama ini masih belum menghasilkan apa-apa. Ada banyak
evaluasi dan kekurangan yang harus diperbaiki. Fokus kegiatan di periode
berikutnya mungkin dapat diarahkan pada program pendampingan usaha masyarakat
yang dilaksanakan secara kontinyu, pemberdayaan masyarakat khususnya kelompok
pemuda di wilayah Desa Sukadamai, pendekatan masyarakat melalui
kegiatan-kegiatan rutin di desa tersebut, dan fungsi pelayanan di bidang
kesehatan dan lingkungan melalui berbagai variasi kegiatan. Ini mungkin yang
menjadi rekomendasi program untuk pelaksanaan Bina Desa FEM di tahun kedua.
Ucapan terima kasih dan Harapan
Secara pribadi saya ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan
Bina Desa FEM 2012. Tidak ada penghargaan spesial yang dapat saya berikan.
Terima kasih untuk Panitia Bina Desa FEM 2012 yang telah memprioritaskan
kegiatan ini, Dekanat Fakultas Ekonomi dan Manajemen, BEM FEM IPB Kabinet
Progresif, Hipotesa, Com@, Hipma, Reesa, Ses-c, Formasi, Karemata, seluruh
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, pihak sponsor, semua pihak yang
terlibat dalam kegiatan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Secara khusus saya ucapkan
terima kasih kepada teman, sahabat, saudara, keluarga baru saya di Departemen
Pengabdian Masyarakat BEM FEM IPB. Untuk Willy Setya Perdana, Rifal Laksmana,
Aulia Isnaini Putri, Lestariningsih, Rita Fajarwati, Fauziah Adzimatinur, Nur
Cahaya, Laras Lestari, dan Eka Nurnafih. Untuk 'Para Pembelajar' Ramadina Dasri, Esti Khoerunnisa, Ririn Indah Safitri, dan Monicha Septya H. Hanya ucapan ini yang dapat saya
berikan yang tidak berarti apa-apa dengan pengorbanan yang telah diberikan.
Semoga harapan-harapan itu akan menjadi kenyataan, harapan untuk bisa
bermanfaat bagi orang lain, harapan untuk membangun sebuah peradaban yang lebih
baik.
Perahu itu kini telah berlayar, maka janganlah kembali ke
dermaga untuk memulai perjalanan. Lanjutkan perjalanan itu, gunakan bekal yang
telah ada saat ini. Siapa pun yang melanjutkan perjalanan itu, maka
teruskankanlah. Buat harapan yang lebih besar, buat jejak yang lebih indah,
buat perjalanan itu menjadi lebih bermakna. Semoga cita-cita mulia tentang
kegiatan Bina Desa FEM bisa terwujud. Semoga Tuhan senantiasa meridhai apa-apa
yang telah dan akan kita kerjakan. Amin.