Kamis, 01 November 2012

Catatan untuk Bina Desa FEM

Poros kata
Pertemuan kami bermula pada 18 Desember 2011, Rapat Perdana Departemen Pengabdian Masyarakat BEM FEM IPB. Beberapa wajah pernah tertangkap dan terekam oleh mata ini, namun lebih banyak wajah baru yang -saya pahami- suatu saat nanti akan melekat erat dalam memori otak kanan. Benar memang pertemuan pertama kami begitu terasa canggung, malu-malu dan amat santun, namun dari situ sebenarnya ide-ide dan gagasan mulai bermunculan, dari kepala-kepala yang tak pernah mengeluh jika harus berdiskusi hingga larut malam.
            Pertemuan-pertemuan dan rapat-rapat kemudian menjadi rutinitas kami, sedikit bosan namun ada tanggungjawab yang menjadi konsekuensi kami sejak awal memutuskan untuk berada di Departemen Pengabdian Masyarakat. Kami bertukar pikiran tentang program kerja selama satu periode kepengurusan BEM FEM. Atas berbagai pertimbangan, akhirnya kami sepakat memfokuskan sebuah program pengabdian masyarakat yang terintegrasi dengan setiap Lembaga Kemahasiswaan dan Lembaga Struktural yang berada di FEM IPB.
Forum Bina Desa FEM pun digelar bersama perwakilan setiap Himpunan Profesi. Kami menyamakan persepsi dan urgensi pelaksanaan bina desa yang terintegrasi. Ada visi yang kami usung bersama, yaitu ‘Membangun sebuah desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan wawasan masyarakat melalui fungsi  pemberdayaan dan pelayanan  sesuai dengan core competence mahasiswa FEM IPB’.
Fokus kami di tahun pertama pelaksanaan Bina Desa FEM yaitu melaksanakan fungsi pemberdayaan dan pelayanan di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Ada beberapa program yang kami canangkan; FEM Mengajar, Pelatihan Guru, dan Pendirian Rumah Baca untuk menopang bidang pendidikan, pendampingan UKM untuk meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat, dan Cek Kesehatan Gratis untuk menarik perhatian masyarakat tentang pentingnya arti kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Penentuan Desa Sukadamai sebagai tempat kegiatan pengabdian kami bukan tanpa dasar. Jauh sebelum pelaksanaan bina desa, kami mendata desa-desa yang ada di lingkungan lingkar kampus IPB. Kami melakukan survey ke beberapa desa. Waktu itu ada tiga desa yang menjadi rekomendasi dari LPPM IPB. Tiga desa tersebut yaitu Desa Sukadamai, Desa Sukawening, dan Desa Petir. Akhirnya kami memilih Desa Sukadamai yang kami rasa sesuai dengan program yang akan kami jalankan. Periode pertama pun dimulai dengan berbagai perencanaan, yang nantinya baru akan benar-benar berakhir dalam lima tahun mendatang.
Ya memang benar, bekal untuk perjalanan ini telah kami siapkan dengan sebaik mungkin. Kami sudah siap mengarungi luasnya lautan, menghadapi ombak, menghadapi angin, bahkan menghadapi badai. Kami siap memulai perjalanan ini.
***
            Setiap Senin datang, di tempat itu ada kaki-kaki kecil yang berbaris dengan rapi, mengikuti upacara. Ketika Sabtu datang, tak jarang tempat itu diinjaki kaki-kaki yang bergerak lincah mengikuti bola yang berputar atau sekedar bermain lompat karet. Seharian di hari Minggu tempat tersebut terasa sepi, sepertinya ia ikut beristirahat akibat lelahnya menyaksikan aktivitas para siswa selama enam hari penuh. Tempat itulah yang menjadi tempat favorit saya, -halaman depan SDN Cilubang 4- yang ketika kami datang dengan lembutnya tangan-tangan kecil itu menggapai tangan kami; mencium dan bertanya dengan mata yang berbinar, ‘Belajar apa Kak hari ini?’ Atau ‘Kakak ngajar di kelas mana hari ini?’. Uniknya sambutan hangat itu selalu setia menemani perjalanan kami di SDN Cilubang 4.
Layar sudah dikembangkan, para pengajar memasuki kelas, mengajak siswa/i mengenal impian mereka masing-masing. Ada berbagai mimpi disana, ada yang ingin menjadi seorang ustadz, guru, mahasiswa, pilot, supir angkot, pemulung, presiden, dan masih banyak impian-impian mereka yang lain. Para pengajar kemudian memberikan nasihat yang mulia, mereka diajak untuk berani bermimpi besar. Seperti yang dikatakan oleh Arai -tokoh sentral  dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata- ‘yang perlu dilakukan oleh orang-orang seperti kita yaitu bermimpi besar dan kemudian mempercayainya’. Bukan tidak mungkin nantinya dari tempat itu akan muncul pemikir-pemikir hebat seperti Abdurrahman Wahid, Habibie, Dahlan Iskan atau bahkan sekelas Einstein. Semoga Tuhan senantiasa mendekap mereka dengan tangan-Nya, membimbing mereka untuk terus belajar ditengah segala keterbatasan.          
***
            Hari Minggu tanggal 29 April 2012 adalah sejarah bagi kami, kegiatan turun desa pertama dimulai. Kegiatan pertama itu kami isi dengan melakukan pemetaan potensi unit usaha yang berada di wilayah Desa Sukadamai. Kami mengunjungi beberapa tempat dengan memecah tim menjadi beberapa kelompok. Tempat yang kami kunjungi antara lain peternakan kelinci, peternakan kambing etawa dan home industry sepatu. Ada beberapa unit usaha lain yang dijalankan di wilayah Sukadamai, antara lain pembuatan keranjang dari bambu dan juga unit usaha Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang dilaksanakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT).
            Minggu-minggu berikutnya kami masih berfokus pada penggalian potensi sumberdaya alam dan juga berbagai macam unit usaha masyarakat. Kami berhubungan dengan banyak orang; Ibu Encih selaku Ketua KWT; Bapak Sake sebagai Ketua Gapoktan; Bapak Didin, Bapak Anda, dan Bapak Uci selaku pengurus desa; Bapak Ipul selaku Ketua RT.05/ RW.05; Bapak Agus, dan beberapa warga desa yang lain.
            Sasaran kegiatan bina desa yang dilaksanakan memang tidak bisa mencakup satu desa keseluruhan. Setelah melakukan pemetaan potensi desa, kami memutuskan untuk memfokuskan kegiatan ini dalam wilayah satu RT. Kami memilih wilayah RT.05/RW.05 yang terletak cukup jauh dengan kantor desa. Boleh saya katakan wilayah ini cukup berbeda dengan wilayah lain yang berada di Desa Sukadamai. Ada 75 kepala keluarga yang tersebar di wilayah RT tersebut, namun letak rumah antar kepala keluarga cukup berjauhan. Untuk mengelilingi wilayah satu RT membutuhkan waktu lebih dari satu jam, jalannya berbukit, melewati sawah-sawah, dan hutan. Dari lingkungan satu RT ini perjalanan kegiatan bina desa FEM dimulai, hingga nanti bisa menyebar mencakup satu desa keseluruhan.
            Di minggu-minggu terakhir kegiatan bina desa, kami mendirikan rumah baca yang kami namai ‘Rumah Baca Jingga’. Warna kebanggaan kami, indentitas yang senantiasa kami jaga kehormatannya. Semoga tempat itu menjadi tempat yang nyaman untuk menambah pengetahuan dan wawasan atau sekedar mempererat tali silaturahmi. Cek kesehatan digelar, bukan untuk mendapatkan perhatian. Kami ingin memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan. Bina Desa ditutup dengan pemberian bantuan sosial berupa paket sembako. Ah, tidak perlu berterima kasih kepada kami, tapi mari kita mengucap syukur kepada Yang Maha Memberi. Kami hanya memfasilitasi, diluar dugaan besar sekali antusiasme teman-teman semua untuk ikut berbagi terhadap saudara-saudara kita.
            Saya menyadari perjalanan Bina Desa FEM di periode pertama ini masih belum menghasilkan apa-apa. Ada banyak evaluasi dan kekurangan yang harus diperbaiki. Fokus kegiatan di periode berikutnya mungkin dapat diarahkan pada program pendampingan usaha masyarakat yang dilaksanakan secara kontinyu, pemberdayaan masyarakat khususnya kelompok pemuda di wilayah Desa Sukadamai, pendekatan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan rutin di desa tersebut, dan fungsi pelayanan di bidang kesehatan dan lingkungan melalui berbagai variasi kegiatan. Ini mungkin yang menjadi rekomendasi program untuk pelaksanaan Bina Desa FEM di tahun kedua.

Ucapan terima kasih dan Harapan
            Secara pribadi saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan Bina Desa FEM 2012. Tidak ada penghargaan spesial yang dapat saya berikan. Terima kasih untuk Panitia Bina Desa FEM 2012 yang telah memprioritaskan kegiatan ini, Dekanat Fakultas Ekonomi dan Manajemen, BEM FEM IPB Kabinet Progresif, Hipotesa, Com@, Hipma, Reesa, Ses-c, Formasi, Karemata, seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, pihak sponsor, semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
            Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada teman, sahabat, saudara, keluarga baru saya di Departemen Pengabdian Masyarakat BEM FEM IPB. Untuk Willy Setya Perdana, Rifal Laksmana, Aulia Isnaini Putri, Lestariningsih, Rita Fajarwati, Fauziah Adzimatinur, Nur Cahaya, Laras Lestari, dan Eka Nurnafih. Untuk 'Para Pembelajar' Ramadina Dasri, Esti Khoerunnisa, Ririn Indah Safitri, dan Monicha Septya H.  Hanya ucapan ini yang dapat saya berikan yang tidak berarti apa-apa dengan pengorbanan yang telah diberikan. Semoga harapan-harapan itu akan menjadi kenyataan, harapan untuk bisa bermanfaat bagi orang lain, harapan untuk membangun sebuah peradaban yang lebih baik.
         Perahu itu kini telah berlayar, maka janganlah kembali ke dermaga untuk memulai perjalanan. Lanjutkan perjalanan itu, gunakan bekal yang telah ada saat ini. Siapa pun yang melanjutkan perjalanan itu, maka teruskankanlah. Buat harapan yang lebih besar, buat jejak yang lebih indah, buat perjalanan itu menjadi lebih bermakna. Semoga cita-cita mulia tentang kegiatan Bina Desa FEM bisa terwujud. Semoga Tuhan senantiasa meridhai apa-apa yang telah dan akan kita kerjakan. Amin.

About the Author

Poros kata / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.